Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan
predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan
makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda
titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur minimal S dan P dalam
hal ini menunjukkan kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata
yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. lengkap dengan makna menunjukkan sebuah
kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud
penuturnya.
UNSUR KALIMAT
1. Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku,
tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal atau
pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nomina),
klausa, atau frasa verbal. untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
- Ayahku sedang melukis.
- Meja
direktur besar.
- Yang
berbaju batik dosen saya.
- Berjalan
kaki
menyehatkan badan.
- Membangun
jalan layang sangat
mahal.
Selain ciri
di atas, S juga dapat dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya
siapa (yang)... atau apa (yang)... kepada P. kalau ada jawaban yang logis atas
pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada atau
tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh
"kalimat" yang tidak mempunyai Skarena tidak ada/tidak jelas pelaku
atau bendanya.
- Bagi
siswa sekolah dilarang masuk.
- Di sini
melayani resep obat generik.
- Melamun
sepanjang malam.
2. Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu
melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana S(pelaku, tokoh, atau
benda di dalam suatu kalimat). Selain memberi tahu tindakan atau perbuatan S,
predikat dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S.
Termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu
yang dimiliki S. Predikat dapat berupa kata, frasa, sebagian besar berkelas
verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal.
Perhatikan contoh berikut ini.
- Kuda meringkik.
- Ibu sedang
tidur siang.
- Putrinya
cantik jelita.
- Kota
Jakarta dalam keadaan aman.
- Kucingku
belang tiga.
- Robby mahasiswa
baru.
- Rumah
Pak Hartawan lima.
Tuturan di bawah ini tidak memiliki P karena tidak ada
kata-kata yang menunjukkan perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status
pelaku/bendanya.
- Adik
saya yang gendut lagi lucu itu.
- Knator
kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
- Bandung
yang terkenal sebagai kota kembang.
3. Objek
Objek (O)
adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nomina,
frasa nomina, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba
transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O seperti pada contoh di
bawah ini.
- Nurul menimang
....
- Arsitek
merancang ....
- Juru
masak menggoreng ....
Verba
transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh di atas
adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P bagi
ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi
oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. itulah sebabnya sifat O dalam
kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitif mandi, rusak, pulang
yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
- Nenek mandi.
- Komputerku
rusak.
- Tamunya
pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika
kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya
dibelakang dan lihat ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
- John
Smith membeli barang antik [O]
Barang antik [S] dibeli oleh John Smith.
4. Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang
melengkapi P. Letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti
ini juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama,
yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O
terdapat perbedaan. Perhatikan contoh di bawah ini.
a. Ketua MPR // membacakan // Pancasila
S
P
O
b Banyak orsospol // berlandaskan // Pancasila.
S
P
Pel
Kedua
kalimat aktif a dan b yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila,
jika hendak dipasifkan, ternyata yang bisa hanya kalimat a yang menempatkan
Pancasila sebagai O.
5.
Keterangan
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan
berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi
menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat manasuka, dapat di awal, di
tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nomina, frasa
preposisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam
kalimat. Para ahli membagi keterangan atas sembilan macam (Hasan Alwi dkk,
1998: 366) yaitu seperti yang tertera dalam contoh di bawah ini.
- Sekretaris
itu mengambilkan atasannya air minum dari kulkas.(ket.
tempat)
- Rustam
Lubis sekarang sedang belajar. (ket. waktu)
- Lia
memotong roti dengan pisau. (ket. alat)
- Anak
yang baik itu rela berkorban demi orang tuanya. (ket.
tujuan)
- Polisi
menyelidiki masalah itu dengan hati-hati. (ket. cara)
- Amir
Burhan pergi dengan teman-teman sekantornya. (ket. penyerta)
- Mahasiswa
hukum itu berdebat bagaikan pengacara. (ket. similatif)
- Karena
malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus. (ket. penyebaban)
- Murid-murid
TK berpegangan satu sama lain. (ket. kesalingan)
JENIS
KALIMAT
Kalimat
dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut
1.
Jumlah klausa pembentuknya :
Kalimat
tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. kalimat tunggal hanya mengandung
satu unsur S, P, O, Pel, Ket. Tentu saja kelima unsur itu tidak harus muncul
semua sekaligus karena unsur minimal sebuah kalimat adalah S dan P. karena
unsur pembentuk utamanya yaitu S dan P yang serba tunggal itulah kalimatnya
dinamakan kalimat tunggal.
contoh :
- Kami mahasiswa Indonesia.
- Jawaban anak pintar itu
sangat tepat.
- Sapi-sapi sedang merumput.
- Mobil orang kaya itu ada
delapan.
Kalimat
majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat
tunggal. ada dua jenis kalimat majemuk, yaitu :
(1)
Kalimat Majemuk Setara
ciri-cirinya
: - dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal.
- kedudukan
tiap kalimat sederajat.
contoh :
-
Erni mengonsep surat itu dan Rini mengetiknya
-
Yusril rajin membaca, baik sewaktu menjadi mahasiswa maupun setelah bekerja
-
Muridnya kaya, tetapi ia sendiri miskin.
-
Para peserta seminar sudah mulai datang, sedangkan panitia belum siap.
-
Engkau tinggal di sini, atau ikut dengan saya.
- Ia
memarkir mobilnya di lantai satu, lalu naik lift ke lantai 7.
(2)
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat
majemuk bertingkat berbeda konstruksinya dengan kalimat majemuk setara.
Perbedaannya terletak pada derajat klausa pembentuknya yang tidak setara karena
klausa kedua merupakan perluasan dari klausa pertama. Karena itu konjungtor
yang menghubungkan klausa-klausa kalimat majemuk bertingkat juga berbeda dengan
konjungtor pada kalimat majemuk setara.
contoh :
- Dia
datang ketika kami sedang rapat.
-
Lalu lintas akan teratur andaikata pemakai jalan berdisiplin tinggi.
-
Anda harus bekerja keras agar dapat berhasil.
-
Semangat belajarnya tetap tinggi walaupun usianya sudah lanjut.
- Aku
memahaminya sebagaimana ia memahamiku.
-
Anita menjadi mahasiswa teladan karena tekun, cerdas, dan sopan.
2.
Fungsinya
- Kalimat
Berita
(deklaratif) adalah kalimat yang dipakai oleh penutur untuk menyatakan
suatu berita kepada mitra komunikasinya. Contoh : Terjadi perdebatan seru
dalam diskusi ilmiah kemarin di kampus.
- Kalimat
Tanya
(interogatif) adalah kalimat yang dipakai oleh penutur untuk memperoleh
informasi atau reaksi berupa jawaban yang diharapkan dari mitra
komunikasinya. contoh : Siapa tokoh pendiri Perguruan Taman Siswa ?
- Kalimat
Perintah
(imperatif) dipakai jika penutur ingin menyuruh atau melarang orang
berbuat sesuatu. Contoh : Tolonglah bawa sepeda motor ini ke bengkel.
- Kalimat
Seru
(ekslamatif) dipakai oleh penutur untuk mengungkapkan perasaan emosi yang
kuat, termasuk kejadian yang tiba-tiba dan memerlukan reaksi spontan.
Contoh : Aduh, saya terpeleset !
- Kalimat
Tak Lengkap
(kalimat minor) adalah kalimat yang tidak berpredikat atau bersubjek.
Contoh : ya, tidak, belum, sudah, awas!, jangan!, selamat jalan, dsb.
- Kalimat
Inversi adalah
kalimat yang P-nya mendahului S. Contoh : Menangis Pacarku kemarin karena
sedihnya.